Kucing dan Anak Anaknya

    Tiga ekor kucing berlarian menghampiriku terdiri dari seekor ibu dan dua anaknya, bergelendot di kakiku setibanya di rumah, walau hanya kucing setidaknya rumah ini tak sepi, kuraih kucing paling kecil yang masih takut takut, kini sudah berani bergelendot dikakiku juga, dulu setiap kali mau kuraih selalu lari, tapi dari sanalah ketakjubanku dimulai. Di kursi tengah rumah saat itu saya sedang membuat CV untuk lamaran kerja di laptop, tiba tiba kucing besar dari kolong meja naik ke pangkuanku duduk dan melihat laptop seperti ingin tahu apa yang aku kerjakan, dua ekor anak kucing yang baru pertama kulihat bermunculan dari kolong meja mendongakkan kepalanya dan mengeong memanggil ke arah kucing besar, tapi kucing besar yang ternyata sang induk kucing seperti tak menggubris malah membenamkan kepalanya kebadanku. Kucoba memindahkan induk kucing ke bawah dekat anak anaknya, tak begitu peduli apa yang mereka lakukan selanjutnya.
     Esok hari kejadian itu terulang tapi sekarang anak anak kucing mulai berani menggelendot di kakiku, saat itu kucoba untuk  meraihnya tapi anak anak kucing itu berlarian menjauh, sang induk mengeong dan menghampiri mereka. Di hari lain kejadian itu terulang lagi tapi kali ini anak anak kucing sudah lebih berani naik kepangkuanku dan tidur di sana. Mereka berproses untuk menjadi berani dan bersentuhan dengan manusia kemudian bermain main dengaku, keberhasilan mereka tak lepas dari bimbingan sang induk yang selalu mencontohkannya bagaimana berinteraksi dengan manusia terutama yang dia anggap sebagai tuannya.
      Beberapa ekor kucing menunjukkan padaku tentang korelasi keberhasilan, proses dan bimbingan di saat yang sama begitu banyak manusia malas berproses, nihil bimbingan tak ayal yang mereka dapatkan adalah kegagalan, ataupun keberhasilan tanpa sebuah proses memilih jalan singkat, apa yang mereka pelajari, tak ada. Padahal begitu banyak Tuhan memberi manusia pengajaran melalui alam yang terbentang dan segala isinya.Ternasuk kucing kucing ini.
     Alkisah dahulu kala setelah membunuh saudaranya sendiri salah seorang putra Adam kebingungan mau diapakan mayat saudaranya itu, maka serta merta Tuhan memperlihatkan dua ekor gagak yang sedang bertarung salah satunya mati dan gagak yang masih hidup dengan paruhnya menggali tanah untuk menguburkan gagak lain yang mati. Anak Adam yang sedari tadi memperhatikan seperti diberi contoh, maka dari situlah lahir sebuah tradisi agung pemakaman manusia sepanjang zaman.
      





Tidak ada komentar:

Posting Komentar