Impian Kami Tersimpan di Bungkus Kopi

   Akhir akhir ini keluargaku terutama bapak sedang semangat semangatnya mengoleksi bungkus kopi, eits... tunggu dulu jangan salah sangka kami pengrajin tas daur ulang limbah atau kolektor barang antik ( Bungkus kopi di mana letak antiknya..?), kami hanya keluarga pemimpi yang terobsesi dengan hadiah yang tercantum pada kemasan kopi bubuk ternama negeri ini, hohoho...
   Dulu, atau dulu sekali lah (sesudah zaman es tentunya) Bapakku itu orang yang skeptis dengan yang namanya hadiah dan undian, mana ada beli kopi hadiahnya mobil yang ada beli mobil hadiahnya kopi, sampai suatu saat seorang tetangga samping rumah pegawai kelurahan mendapat hadiah dari undian bungkus kopi yang diikutinya, sebuah sepeda motor ditambah helem, dan sudah kami buktikan bahwa itu bukan motor kreditan (cara kami membuktikannya tidak akan dibahas di sini, yang jelas tak kalah dengan badan inteligen negara). Sejak saat itu sikap skeptis bapak hilang mencair bersama seduhan kopi yang rutin ia minum pagi dan sore..hya hahaha
    Tahun berlalu kami masih suka mengikuti undian bungkus kopi tapi masih saja keberuntungan belum memperlihatkan batang hidungnya (batang hidung keberuntungan kira kira seperti apa ya?), sampai undian saat ini entah undian ke berapa tapi sikap optimisme bapak masih meledak ledak, tak ayal akupun ikut ikutan ngomporin supaya rajin beli kopi, tentu saja supaya dapat kopi geratisan.
    Disisi lain saya salut dengan optimisme yang dimiliki keluarga ini, di sisi lain berefek pada aktivitas siang hari yang berkurang karena malam susah tidur (efek cafein kali ya?) di sisi lain .. ah. Tapi walau demikian saya sadar impian bukan hanya tersimpan di bungkus kopi (bisa di bungkus rokok, atau di kaleng cat), dan optimisme selayaknya ada pada setiap tindakan baik yang kita lakukan, bukankah Tuhan sesuai dengan prasangka hambaNya?. Dan kini saatnya menunggu optimisme itu menjelma menjadi sesuatu yang cetar membahana sepanjang jambul katulistiwa (Syahrini mode on) atau justru akan kembali menguap seperti aroma kopi pagi ini, menyebar di udara dan hilang entah ke mana, kita lihat saja. Salam hangat dari saya dan keluarga.
    






   

2 komentar: