Tantangan Untuk Generasi "Nampuyak"

    What's the meaning of  "nampuyak" ?, and further more what's the meaning of "nampuyak generation", mari kita telusuri asal mula dari kata nampuyak.
      Nampuyak berasal dari bahasa sunda yang bearti sebuah kondisi statis suatu benda, terkesan mengganggu dan tak enak dilihat kata ini memiliki sinonim dengan kata nambru. Biasanya di pakai untuk menyebut kotoran, pakaian kotor atau sejenisnya yang terkesan menumpuk.
     Namun kita juga bisa menemukannya dipakai untuk menyebut kondisi manusia yang menghabiskan hari harinya untuk tidur tanpa melakukan aktivitas apapun. Sebuah ledekan di mana penyandangnya tak beda dengan kotoran, lucunya sewaktu tinggal di Bekasi kami pernah memiliki sebuah genk bernamakan nampuyak tahulah apa kegiatan kami, yup betul kegiatan kami adalah nyaris tanpa kegiatan selain nampuyak itu tadi.
      By the way bus way, lantas apa yang bisa dibanggakan dari generasi penyandang gelar nampuyak, perlu pemikiran mendalam dan lama untuk menjawabnya terus terang saya sendiri bingung (karena penyandangnya sebenarnya nyaris tanpa harapan hidup :-) hohoho ), tapi tentu saja sebuah kondisi negatif bisa saja bernilai positif jika pembandingnya adalah kondisi negatif lagi bukankah -4 : -2 = 2. Lalu apa kondisi negatif yang bisa dibandingkan dengan nampuyak?, banyak tentu saja dalam hal ini saya tidak berpihak pada kondisi nampuyak, contohnya adalah mabok, berjudi, melacur, membunuh orang, merampok. dalam hal ini nampuyak jauh lebih baik. Tapi walau demikian tidak serta merta merubah status nampuyak menjadi positif, karena kalau pembandingnya adalah kondisi positif maka si nampuyak tersebut kelihatan negatifnya -4 : 2 = -2, belajar, kuliah, kursus atau hanya sekedar kerja lembur jelas lebih baik daripada nampuyak. Untuk bisa survive dan muncul ke permukaan kita tak bisa mengandalkan keberuntungan.
      Apa saja penyebab seseorang  memiliki kebiasaan nampuyak?, tentu saja yang pertama adalah karakter, penyakit, lalu kondisi lingkungan bisa jadi cuaca (dalam hal ini biasanya cuaca mendung atau hujan seringkali menjadi penyebab tumbuh suburnya virus nampuyak itu). Apa yang bisa kita lakukan untuk menghindari virus nampuyak?, pertama hendaklah meminta pertolongan pada Tuhan yang maha esa, berharap kita diselamatkan, kedua paksakan diri untuk melakukan pekerjaan sekecil apapun entah itu mencuci, atau nyapu, (asal jangan ngupil karena ngupil merupakan saudara jauh beda ibu dari si nampuyak). So, sebuah pepatah unik pernah gue dengar, "Air yang diam akan cepat berlumut dan berbau busuk daripada air yang mengalir". So masihkah kita betah menjadi generasi nampuyak?, saya sendiri lihat kondisinya, karena hujan sepertinya mau turun sore ini. ( Salam dahsyat dari saya yang sedang melakukan terafi virus nampuyak)









Impian Kami Tersimpan di Bungkus Kopi

   Akhir akhir ini keluargaku terutama bapak sedang semangat semangatnya mengoleksi bungkus kopi, eits... tunggu dulu jangan salah sangka kami pengrajin tas daur ulang limbah atau kolektor barang antik ( Bungkus kopi di mana letak antiknya..?), kami hanya keluarga pemimpi yang terobsesi dengan hadiah yang tercantum pada kemasan kopi bubuk ternama negeri ini, hohoho...
   Dulu, atau dulu sekali lah (sesudah zaman es tentunya) Bapakku itu orang yang skeptis dengan yang namanya hadiah dan undian, mana ada beli kopi hadiahnya mobil yang ada beli mobil hadiahnya kopi, sampai suatu saat seorang tetangga samping rumah pegawai kelurahan mendapat hadiah dari undian bungkus kopi yang diikutinya, sebuah sepeda motor ditambah helem, dan sudah kami buktikan bahwa itu bukan motor kreditan (cara kami membuktikannya tidak akan dibahas di sini, yang jelas tak kalah dengan badan inteligen negara). Sejak saat itu sikap skeptis bapak hilang mencair bersama seduhan kopi yang rutin ia minum pagi dan sore..hya hahaha
    Tahun berlalu kami masih suka mengikuti undian bungkus kopi tapi masih saja keberuntungan belum memperlihatkan batang hidungnya (batang hidung keberuntungan kira kira seperti apa ya?), sampai undian saat ini entah undian ke berapa tapi sikap optimisme bapak masih meledak ledak, tak ayal akupun ikut ikutan ngomporin supaya rajin beli kopi, tentu saja supaya dapat kopi geratisan.
    Disisi lain saya salut dengan optimisme yang dimiliki keluarga ini, di sisi lain berefek pada aktivitas siang hari yang berkurang karena malam susah tidur (efek cafein kali ya?) di sisi lain .. ah. Tapi walau demikian saya sadar impian bukan hanya tersimpan di bungkus kopi (bisa di bungkus rokok, atau di kaleng cat), dan optimisme selayaknya ada pada setiap tindakan baik yang kita lakukan, bukankah Tuhan sesuai dengan prasangka hambaNya?. Dan kini saatnya menunggu optimisme itu menjelma menjadi sesuatu yang cetar membahana sepanjang jambul katulistiwa (Syahrini mode on) atau justru akan kembali menguap seperti aroma kopi pagi ini, menyebar di udara dan hilang entah ke mana, kita lihat saja. Salam hangat dari saya dan keluarga.
    






   

Kucing dan Anak Anaknya

    Tiga ekor kucing berlarian menghampiriku terdiri dari seekor ibu dan dua anaknya, bergelendot di kakiku setibanya di rumah, walau hanya kucing setidaknya rumah ini tak sepi, kuraih kucing paling kecil yang masih takut takut, kini sudah berani bergelendot dikakiku juga, dulu setiap kali mau kuraih selalu lari, tapi dari sanalah ketakjubanku dimulai. Di kursi tengah rumah saat itu saya sedang membuat CV untuk lamaran kerja di laptop, tiba tiba kucing besar dari kolong meja naik ke pangkuanku duduk dan melihat laptop seperti ingin tahu apa yang aku kerjakan, dua ekor anak kucing yang baru pertama kulihat bermunculan dari kolong meja mendongakkan kepalanya dan mengeong memanggil ke arah kucing besar, tapi kucing besar yang ternyata sang induk kucing seperti tak menggubris malah membenamkan kepalanya kebadanku. Kucoba memindahkan induk kucing ke bawah dekat anak anaknya, tak begitu peduli apa yang mereka lakukan selanjutnya.
     Esok hari kejadian itu terulang tapi sekarang anak anak kucing mulai berani menggelendot di kakiku, saat itu kucoba untuk  meraihnya tapi anak anak kucing itu berlarian menjauh, sang induk mengeong dan menghampiri mereka. Di hari lain kejadian itu terulang lagi tapi kali ini anak anak kucing sudah lebih berani naik kepangkuanku dan tidur di sana. Mereka berproses untuk menjadi berani dan bersentuhan dengan manusia kemudian bermain main dengaku, keberhasilan mereka tak lepas dari bimbingan sang induk yang selalu mencontohkannya bagaimana berinteraksi dengan manusia terutama yang dia anggap sebagai tuannya.
      Beberapa ekor kucing menunjukkan padaku tentang korelasi keberhasilan, proses dan bimbingan di saat yang sama begitu banyak manusia malas berproses, nihil bimbingan tak ayal yang mereka dapatkan adalah kegagalan, ataupun keberhasilan tanpa sebuah proses memilih jalan singkat, apa yang mereka pelajari, tak ada. Padahal begitu banyak Tuhan memberi manusia pengajaran melalui alam yang terbentang dan segala isinya.Ternasuk kucing kucing ini.
     Alkisah dahulu kala setelah membunuh saudaranya sendiri salah seorang putra Adam kebingungan mau diapakan mayat saudaranya itu, maka serta merta Tuhan memperlihatkan dua ekor gagak yang sedang bertarung salah satunya mati dan gagak yang masih hidup dengan paruhnya menggali tanah untuk menguburkan gagak lain yang mati. Anak Adam yang sedari tadi memperhatikan seperti diberi contoh, maka dari situlah lahir sebuah tradisi agung pemakaman manusia sepanjang zaman.
      





Sepanjang Perjalanan

        Sore itu sekembalinya dari Bandung, sepanjang perjalanan Bus menuju Sukabumi, hujan di luar sana tak ayal membuat kaca bus samar tak sanggup menembus pemandangan jajaran bukit kecil sepanjang perjalanan. Sebagian penumpang nampak pulas tertidur, tak peduli dia berdampingan tidur dengan orang yang bahkan tak tau namanya, tak tahu perangainya. Keadaan memungkinkannya terjadi. Keadaan ya benar keadaan itu pula yang aku ucapkan pada temanku tadi siang di Cibaduyut ketika dia memberondong dengan pertanyaan yang nyaris sama tiap ketemu, kapan nikah ?, dengan orang mana ?. "Keadaan belum memungkinkan", jawabku."Keadaan yang mana maksudmu Sur?", tepisnya terus dilanjutkan,"Kamu kan sudah cukup umur."Ahahaha... lihat keadaanku Bro, gue emang sudah cukup umur buat menikah tapi belum cukup bertanggung jawab untuk jadi suami, apalagi jad bapak".dia menimpali "Gue kenal lo Sur dan gue percaya sama elu, lihat di sekelilingmu anak kemaren sore saja berani", "Bukan berani tapi keadaan yang memaksanya untuk menikah, jangan pura-pura gak tau, Maried by Accident bukanlah sebuah keberanian tapi keterpaksaan".
      Obrolan kamipun berlanjut " Btw pacar sudah punya?", "Ahahaha itu masalahnya", Saya terdiam beberapa kali memang sempet dekat sama cewek tapi ada saja masalah yang membuat hubungan tak lanjut, entahlah itu orang ketiga, ketidak cocokan atau keduluan dekat sama orang lain."Elu terlalu baik Sur, cewek gak suka cowok yang terlalu baik", katanya seolah tau masalahnya."Bukannya itu bagus, bukannya cowok baik baik untuk cewek baik baik", belaku seraya mengutip salah satu ayat dari Alqur,an, "Tapi karena cewek baik baik itu jarang mangkanya jadi susah", Ah emangnya gue begitu baik, gue gak pernah merasa menjadi cowok baik, walau tentu saja gak mau di sebut cowok jahat."Ahahaha bisa jadi." ucapku sekedar menambahkan. Obrolan kamipun terus berlanjut sampai sore dan gue pamitan untuk pulang, membawa beberapa sepatu yang gue pesan sebelumnya.
      Benarkah gue terlalu baik?, gue pikir bukan itu masalahnya terlintas beberapa orang yang sempat memiliki banyak pacar di sana sini, banyak istri, bahkan yang akhir akhir ini santer diberitakan di TV, Eyang Subur kakek 70 tahun yang katanya memiliki 9 istri.Materi, ya materi tapi terlintas pula temanku di kampung sana seorang tukang ojeg yang bernyali besar memiliki 2 istri, dan sial istrinya cantik cantik.
     Bus memasuki perbatasan Sukabumi Cianjur, gerimis masih nampak di luar sana dan hari sudah begitu gelap.  Seorang gadis cantik yang sedari awal duduk di kursi samping nampak terbangun dan berusaha membangunkan pria paruh baya yang tertidur di sampingnya. Sedangkan seorang ibu paruh baya yang sedari awal tidur pulas di sampingku juga mulai bangun mengusap iler di sudut bibirnya yang bisa jadi berceceran di pundakku. Huh lagi lagi aku menyalahkan keadaan.